Assalamuโalaikum warohmatullahi wabarokaatuh 1. Keyakinan penuh kepada Guru Mursyid dalam ajaran, bimbingan, dan pensuciannya atas diri murid-muridnya. โ Mencintai Guru Mursyidnya dengan maksimal. โ Meyakini kesempurnaan Guru Mursyid dalam mendidik dan membimbing. โ Meyakini bahwa tidak ada samanya di daerah itu yang lebih utama dari Guru Mursyidnya. โ Jika memandang orang lain lebih sempurna, maka ikatan cinta pun melemah, dan ucapan serta tindakan Guru Mursyid tidak banyak berpengaruh. โ Sarannya adalah cinta. โ Pengamal adab akan memperoleh tempat dan kecintaan di dalam qolbu sang Syeikh dan diridhoi dalam pandangan Allah Swt. Sebab dengan rahmat, anugerah, dan perhatian Allah Swt, Allah Swt senantiasa melihat dan mengawasi hati para kekasih atau wali-waliNya. Dengan bersemayam di dalam ruang qolbu Syeikh, rahmat dan anugerah Allah terus-menerus mengaliri segenap keberadaannya. โ Keridhaan seorang Syeikh menandakan keridhaan Allah, Nabi Muhammad Saw dan seluruh Syeikh yang menempuh jalan Tasawuf. โ Menghormati ulama-ulama dan para Syeikh adalah hak yang penting, tidak memenuhi hak mereka berarti menantang seorang Syeikh. โ Ditengah para murid laksana Nabi dengan sahabat. 2. Ketetapan hati yang sempurna untuk mendatangi Guru Mursyid. โ Sadarilah tanpa mendatangi Guru Mursyid, pintu tidak bakalan terbuka. โ Jadi di depan pintu gerbang Guru Mursyid, harus berniat menyerahkan hidupnya dan mencapai tujuan. โ Menjadikan perantara wasilah antara dirinya dengan Allah Swt. โ Tandanya Tidak menolak dibimbing dan diarahkan oleh Guru Mursyid. โ Ibarat dokter dengan pasien dan pemandi dengan jenazah. โ Selalu menghadiri majelisnya. โ Tidak berpaling kepada selain Guru Mursyidnya agar hatinya tidak bimbang antara 2 Mursyid. 3. Mematuhi perintah Guru Mursyid. โ Dengan segenap jiwa dan raga mengakui kekuasaan Guru Mursyid dan mematuhi semua perintahnya. Sebab tanpa ketaatan tidak akan bisa mengetahui ketulusan dan apa yang bisa diraih. โ Harus pasrah dan taat dalam semua perintah dan nasehat. โ Jika Guru Mursyid marah atau menunjukkan sikap acuh tak acuh, janganlah memisahkan diri darinya, akan tetapi harus mawas diri, kemungkinan kekurang ajaran yang dilakukan atau telah melakukan pelanggaran atas perintah Allah atau telah melakukan larangan Allah. Hendaklah ia bertaubat kepada Allah dan minta maaf pada Guru Mursyid dan bertekad tidak mengulangi kesalahannya. 4. Tidak melawan kewibawaan Guru Mursyid. โ Jika ada sesuatu yang tidak dapat dipahami dan kebenarannya belum dimengerti. Harus selalu ingat kisah Nabi Musa As. dengan Nabi Khaidir As. โ Tidak boleh menentang Guru Mursyid dalam metode yang digunakannya untuk mendidik murid-muridnya. โ Tidak menyalahi Guru Mursyidnya secara lahir dan tidak menentangnya secara batiniah. โ Akibat dari akal dzahir yang terlalu diperturutkan. Komentar yang dilontarkan adalah tanda kebodohan, mungkin ia pintar ilmu logika tapi bodoh ilmu batin atau hikmah diam lebih baik jika tak mau bertanya. 5. Menafikan kehendak dan keinginannya sendiri. โ Tidak boleh memulai sesuatu tanpa menyesuainya dengan keinginan Guru Mursyid. โ Bersabar atas sikap-sikap Guru Mursyid yang merupakan bagian dari pendidikan. โ Bergegas membantu Guru Mursyid sebisa mungkin. โ Menghindari untuk tidak menyalahi Guru Mursyid, karena menyalahi Guru Mursyid adalah sebuah racun ganas yang bisa membahayakannya. โ Murid tidak seyogyanya mencari-cari dalil dan alasan meminta rukhshah keringanan atas apa yang diperintahkan padanya. 6. Selalu menghargai pemikiran Guru Mursyid. โ Tidak boleh melakukan apapun yang dilarang atau dibenci Guru Mursyid, walaupun dianggap persoalan kecil. โ Jika sedang ada pertanyaan yang dilontarkan kepada Guru Mursyid, hendaknya murid diam. Jika ia menemukan kekurangan atau ketidak tepatan pada jawaban Syeikh, hendaklah tidak membantah. Akan tetapi ia bersyukur kepada Allah atas keutamaan ilmu dan nur yang diberikan khusus oleh Allah. Jika kesalahannya fatal, maka sebaiknya ia cepat menegurnya dengan sepatah kata sehingga Syeikh bisa langsung meralatnya, lalu ia murid bertobat sebab jalan terbaik bagi murid adalah diam. 7. Mengacu pada pengetahuan Guru Mursyid dalam menjelaskan makna berbagai macam pengalaman rohani atau mimpi. โ Untuk membedakan kebenarannya, karena bisa jadi muncul dari ungkapan hasrat buruk yang terpendam atau kabar dari iblis. โ Sampaikanlah pada Guru Mursyid agar bisa dipahami. 8. Menghormati ucapan Guru Mursyid. โ Lidah Guru Mursyid merupakan mata rantai kehendak Allah Swt. โ Harus yakin, bahwa Guru Mursyid adalah juru bicara Allah Swt dan bukan juru bicara hawa nafsu. โ Qolbu Guru Mursyid laksana lautan yang luas dan berisi mutiara pengetahuan, permata maโrifat dan selalu ditiup oleh angin rahmat dari Dzat Maha Abadi, dan menyisakan sebagian mutiara dan permata itu dibibir pantai lidahnya. Tidak ada ucapan Guru Mursyid yang sia-sia. โ Karena berbekal kemunafikan dan pengetahuannya sendiri semata dan dorongan hawa nafsu seorang murid, ia tidak akan sampai kepada Allah dan tidak akan mendengarkan ucapan Guru Mursyid. 9. Merendahkan suara. 10. Menahan diri dari tindakan diluar batas. โ Dengan ketidak sopanan karena terlalu gembira bersama Guru Mursyid atau terlalu banyak bertanya atau mendebat, akibatnya hijab kemuliaan atau kehormatan terkoyak dan pintu keberkahan pun tertutup. โ Hendaklah mengagungkan Guru Mursyid dan menjaga kehormatannya, baik didepan maupun di belakang Guru Mursyidnya. โ Senantiasa memulai pertemuan dengan ucapan salam. โ Ikut berdiri ketika ia berdiri. Contoh dilarang ๏ผ Membebani Guru Mursyid dalam urusan kepengurusan ๏ผ Mendahului Guru Mursyid makan, minum, dan bertindak kecuali atas izinnya. ๏ผ Panggilan yang tidak dengan sebutan kehormatan. ๏ผ Berlalu lalang jalan dekat di hadapannya. ๏ผ Menyibukkan diri saat Guru Mursyid bicara, misal berdzikir dengan tasbih atau sejenisnya. ๏ผ Tertawa yang panjang dan keras di hadapannya saat Guru Mursyid bicara. ๏ผ Banyak bicara di hadapannya. ๏ผ Keluar dari Majelisnya bergerak keluar. ๏ผ Ribut di dalam Majelisnya. ๏ผ Menggelar sajadah di hadapannya kecuali saat shalat. ๏ผ Menggulung sajadahnya sementara di atas sajadahnya ada orang yang lebih tinggi tingkat spiritualnya. ๏ผ Berbicara di hadapan Guru Mursyid kecuali dalam kondisi darurat bertanya pada teman dan tidak menunjukkan sedikitpun keistimewaan dan kelebihan dirinya di hadapan Guru Mursyid. ๏ผ Meminta kembali sesuatu yang ia berikan kepada Guru Mursyid, hal ini merupakan dosa besar dan dapat membatalkan status kemuridannya. โOrang yang menarik kembali hibah yang telah diberikannya seperti anjing yang menjilat muntahannya sendiri.โ HR. Bukhari ๏ผ Marah terhadap Guru Mursyid. Ia harus cepat-cepat minta ampun kepada Allah Swt dan meminta maaf kepada Guru Mursyid dan merendahkan diri kepadanya. ๏ผ Memegang bajunya ketika ia berdiri. 11. Mengetahui waktu yang tepat untuk bicara. โ Tidak boleh terburu-buru dan bicara kasar. โ Sebelum berbicara, harus menunjukkan kerendahan hati, tenang dalam berucap dan jangan terlalu banyak bertanya. โ Tidak meminta penjelasan tentang sesuatu masalah ditengah perjalanan hingga sampai kerumahnya dan tidak banyak bertanya ketika ia merasa jenuh. 12. Menjaga batas kehormatannya sendiri. โ Tidak boleh berbicara sesuatu masalah yang bukan menjadi bagian dari kedudukannya maqam. โ Harus bersikap jujur dan ikhlas dalam bergaul dengan Mursyidnya. โ Jika berlangsung suatu perkara di depan Guru Mursyid, murid berhak diam meskipun dia memiliki penjelasan dan jawaban atas perkara itu. 13. Mampu menjaga rahasia-rahasia Guru Mursyid. โ Tidak boleh mengungkapkan setiap keadaan berupa keajaiban, mimpi dan pengalaman rohani yang dirahasiakan oleh Guru Mursyid. โ Rahasia adalah aib dan menyebar luaskan aib adalah dosa karena akan mengakibatkan fitnah. โ Tidak menyampaikan ucapan-ucapan Guru Mursyidnya kepada manusia, kecuali sesuai dengan kadar pemahaman dan nalar mereka. โ Jika melihat suatu aib pada diri Guru Mursyid mesti ditutupi. โ Jika Guru Mursyid pernah keliru, lalu kembali ke jalur syaraโ, maka ia harus meyakini bahwa aib dan kesalahan yang dulu benar-benar telah hilang dan Guru Mursyid telah naik ke derajat yang lebih tinggi. Ini merupakan fase peralihan antara 2 status spiritual hal, sebab setiap peralihan status spiritual memiliki fase pemisah, antara hukum rukhshah syaraโ, kemudian ibahah, kemudian azhimah hukum asli dan ketentuan yang lebih berat Al-Asyadd. Kesalahan dan keinsyafan yang dilakukan Guru Mursyid harus dipandang simbol berakhirnya status pertama, untuk kemudian masuk ke ambang status kedua peralihan dari satu wilayah ke wilayah lain. Dengan kata lain melepas jubah kewalian tertentu dan memakai jubah kewalian lain yang lebih tinggi dan mulia. Sebab setiap hari mereka bertambah dekat dengan Allah para wali. 14. Mengungkapkan berbagai rahasia kepada Guru Mursyid. โ Setiap keajaiban dan anugerah yang diberikan Allah kepadanya harus segera diceritakan kepada Guru Mursyid, untuk memperoleh penjelasan dan penilaian dari Guru Mursyid. 15. Berbicara kepada Guru Mursyid sesuai dengan kadar pemahaman pendengar lainnya. Referensi 1. โRahasia Perjalanan Menuju Allahโ Syeikh Muhammad Efendi Saโad As Singkawani Al Jawi 2. โMenelusuri dan Memahami Jalan Kesufianโ Syeikh Abdul Qadir Al Jailani 3. โLautan Hakikatโ Syeikh Abdul Qadir Al Jailani 4. โ9 Risalah Al Ghazaliโ Imam Al-Ghazali 5. โHakikat Tasawufโ Abdul Qodir Isa 6.โAwaarif Al-Maโaarif Puncak Pengetahuan Ahli Makrifatโ Syeikh Syihaabuddin Umar Suhrawardi Kamis, 18 Oktober 2018 Adha RisyandiHubunganguru (mursyid)) dengan murid adalah hubungan searah. Pengajaran berlangsung dari subjek (mursyid)) ke objek (murid). Dalam ilmu pendidikan hal ini disebut dengan pengajaran berpusan pada guru. Adab dan Tugas Peserta Didik. Artinya seorang murid harus tawadhu terhadap guru yang berakhlak baik. 4.
HomeFadilah Ilmu Adab Murid Terhadap Guru. Adab Murid Terhadap Guru Husni. August 08, 2017 Fadilah Ilmu. Salah satu hal yang paling penting dalam menuntut ilmu adalah memiliki adab. Salah satu adab seorang penuntut ilmu adalah adab terhadap gur
5arA.